Sejarah pastilah sekumpulan kisah yang terajut ikatan waktu dan barangkali abstrak dalam kepala. Setidaknya itu, Duhai sobat yang dengan kata engkau menafsirkan rasa lewat imajimu. Tak disadari kita menjadi Sang Alkhemis, manusia dengan imaji masing-masing. Tentunya engkau masih mengingat buku yang lapuk oleh tangan kita; yang bergantian mengejanya. Buku yang bertutur tentang Santiago, anak yang menggembala dengan domba-dombanya mencari hakiki hidup. Berbaring dengan tebal buku diselimuti alam, dimana gemintang adalah syair-syair yang selalu ia senangi. Pernahkah engkau ingat itu Sobat? Kita mungkin berjalan dengan Al Khemis masing-masing, cuman bedanya kita tak memiliki domba untuk digembalakan, kita adalah imaji dengan domba yang abstrak. Setidaknya engkau masih menyimpan memori. Ingatan memori yang terperangkap jauh dari kepala kita. Dimana dalam sudut kamar-kamarmu yang laksana kapal pecah, disanalah kita menghabiskan waktu dan kata untuk bertukar rasa. Menjerat diri dalam h...