Solitut

Di mana pun engkau membalikkan rupamu, maka di sanalah Tuhan. Setidaknya saya membahasakan dalam cara yang berbeda. Begitulah yang tertulis, dalam kitab suci, dalam al qur’an. Tanda itu sekiranya berpesan pada manusia, mahluk yang lemah, bahwa di manapun, kapanpun dalam kelemahanmu lihatlah sekelilingmu, Tuhan tak jauh darimu. Bahkan lebih dekat dari urat lehermu, dalam ayatnya yang lain tertulis. Maka dalam tulisantulisan ahli batin, tuhan sesungguhnya bersemayam dalam diri manusia. Sebab barangkali itulah sebab konsep penyatuan bisa kita terima, disetiap yang ‘ada’ menampil Dia yang meliputi.

Artinya di sekeliling kita adalah Tuhan. Setidaknya Dia tampil dalam beragam tempat dan rupa; di kantorkantor, bukitbukit, di atas motor, Mall, kemarahan, Gudang, Mesjidmesjid, Gerejagereja tua, belas kasih, dalam Bis Kota, hutan belantara, kebencian, pasarpasar, rumah sakit, ganggang sempit, dendam ditengah lautan, di sekolahsekolah atau disamping dirumah kita sendiri. Ataukah bahkan kita adalah Tuhan itu sendiri. Dimana dalam bahasa yang lain hukum tuhan bekerja ditengahtengah kita. Melalui tangantangan kita sendiri.

Namun juga tuhan barangkali tengah cuti. Duduk santai kemudian sesekali menyeruput kopi. Berlibur di masa yang lain tengah sibuk, oleh sebab banyak yang telah menggantikan tempatnya. Di mana dia bosan dengan kekuatannya sendiri sehingga dia pergi meninggalkan kita. Berjalan pelanpelan menyelinap dari rutin kita yang melupakannya. Sehingga yang tersinya adalah kesendirian tuhan dalam rutin yang melupakan.

Maka barangkali Tuhan tengah sunyi, jauh dari mata kita..