Langsung ke konten utama

Solitut

Di mana pun engkau membalikkan rupamu, maka di sanalah Tuhan. Setidaknya saya membahasakan dalam cara yang berbeda. Begitulah yang tertulis, dalam kitab suci, dalam al qur’an. Tanda itu sekiranya berpesan pada manusia, mahluk yang lemah, bahwa di manapun, kapanpun dalam kelemahanmu lihatlah sekelilingmu, Tuhan tak jauh darimu. Bahkan lebih dekat dari urat lehermu, dalam ayatnya yang lain tertulis. Maka dalam tulisantulisan ahli batin, tuhan sesungguhnya bersemayam dalam diri manusia. Sebab barangkali itulah sebab konsep penyatuan bisa kita terima, disetiap yang ‘ada’ menampil Dia yang meliputi.

Artinya di sekeliling kita adalah Tuhan. Setidaknya Dia tampil dalam beragam tempat dan rupa; di kantorkantor, bukitbukit, di atas motor, Mall, kemarahan, Gudang, Mesjidmesjid, Gerejagereja tua, belas kasih, dalam Bis Kota, hutan belantara, kebencian, pasarpasar, rumah sakit, ganggang sempit, dendam ditengah lautan, di sekolahsekolah atau disamping dirumah kita sendiri. Ataukah bahkan kita adalah Tuhan itu sendiri. Dimana dalam bahasa yang lain hukum tuhan bekerja ditengahtengah kita. Melalui tangantangan kita sendiri.

Namun juga tuhan barangkali tengah cuti. Duduk santai kemudian sesekali menyeruput kopi. Berlibur di masa yang lain tengah sibuk, oleh sebab banyak yang telah menggantikan tempatnya. Di mana dia bosan dengan kekuatannya sendiri sehingga dia pergi meninggalkan kita. Berjalan pelanpelan menyelinap dari rutin kita yang melupakannya. Sehingga yang tersinya adalah kesendirian tuhan dalam rutin yang melupakan.

Maka barangkali Tuhan tengah sunyi, jauh dari mata kita..

Postingan populer dari blog ini

Empat Penjara Ali Syariati

Ali Syariati muda Pemikir Islam Iran Dikenal sebagai sosiolog Islam modern karya-karya cermah dan bukunya banyak digemari di Indonesia ALI Syariati membilangkan, manusia dalam masyarakat selalu dirundung soal. Terutama bagi yang disebutnya empat penjara manusia. Bagai katak dalam tempurung, bagi yang tidak mampu mengenali empat penjara, dan berusaha untuk keluar membebaskan diri, maka secara eksistensial manusia hanya menjadi benda-benda yang tergeletak begitu saja di hamparan realitas. Itulah sebabnya, manusia mesti “menjadi”. Human is becoming . Begitu pendakuan Ali Syariati. Kemampuan “menjadi” ini sekaligus menjadi dasar penjelasan filsafat gerak Ali Syariati. Manusia, bukan benda-benda yang kehabisan ruang, berhenti dalam satu akhir. Dengan kata lain, manusia mesti melampaui perbatasan materialnya, menjangkau ruang di balik “ruang”; alam potensial yang mengandung beragam kemungkinan. Alam material manusia dalam peradaban manusia senantiasa membentuk konfigu...

Mengapa Aku Begitu Pandai: Solilokui Seorang Nietzsche

Judul : Mengapa Aku Begitu Pandai Penulis: Friedrich Nietzsche Penerjemah: Noor Cholis Penerbit: Circa Edisi: Pertama,  Januari 2019 Tebal: xiv+124 halaman ISBN: 978-602-52645-3-5 Belum lama ini aku berdiri di jembatan itu di malam berwarna cokelat. Dari kejauhan terdengar sebuah lagu: Setetes emas, ia mengembang Memenuhi permukaan yang bergetar. Gondola, cahaya, musik— mabuk ia berenang ke kemurungan … jiwaku, instrumen berdawai, dijamah tangan tak kasatmata menyanyi untuk dirinya sendiri menjawab lagu gondola, dan bergetar karena kebahagiaan berkelap-kelip. —Adakah yang mendengarkan?   :dalam Ecce Homo Kepandaian Nietzsche dikatakan Setyo Wibowo, seorang pakar Nitzsche, bukanlah hal mudah. Ia menyebut kepandaian Nietzsche berkorelasi dengan rasa kasihannya kepada orang-orang. Nietzsche khawatir jika ada orang mengetahui kepandaiannya berarti betapa sengsaranya orang itu. Orang yang memaham...

Memahami Seni Memahami (catatan ringkas Seni Memahami F. Budi Hardiman)

Seni Memahami karangan F. Budi Hardiman   SAYA merasa beberapa pokok dari buku Seni Memahami -nya F. Budi Hardiman memiliki manfaat yang mendesak di kehidupan saat ini.  Pertimbanganya tentu buku ini memberikan peluang bagi pembaca untuk mendapatkan pemahaman bagaimana  “memahami”  bukan sekadar urusan sederhana belaka. Apalagi, ketika beragam perbedaan kerap muncul,  “seni memahami”  dirasa perlu dibaca siapa saja terutama yang kritis melihat situasi sosial sebagai medan yang mudah retak .  Seni memahami , walaupun itu buku filsafat, bisa diterapkan di dalam cara pandang kita terhadap interaksi antar umat manusia sehari-hari.   Hal ini juga seperti yang disampaikan Budiman, buku ini berusaha memberikan suatu pengertian baru tentang relasi antara manusia yang mengalami disorientasi komunikasi di alam demokrasi abad 21.  Begitu pula fenomena fundamentalisme dan kasus-kasus kekerasan atas agama dan ras, yang ...