Ada yang ganjil ketika semalam saya
mulai memejamkan mata. Setelah membuka-buka artikel via dunia maya, saya lekas
ke pembaringan. Segera lampu dipadamkan.
Sebelumnya, saya menengok jam tangan yang tergeletak di dekat kipas angin yang
berputar: sudah hampir pukul 12 malam. Lekas saya hamparkan badan di atas
kasur. Istri saya sudah lebih duluan rebahan.Waktunya untuk tidur.
Tidak lama berselang, terdengar
bunyi-bunyian di atas kepala saya. Tripleks plafon di atas kepala seperti digosok-gosok
sesuatu. Seperti ada yang berjalan di atas plafon kamar.
Tapi, beberapa detik kemudian
bunyinya seperti langkah yang tergesa-gesa. Seolah-olah ada binatang melata
yang berlarian di atasnya. Bunyi kakinya terburu-buru. Kadang pelan, kadang
sebaliknya.
Tokek, pikir saya. Itu pasti tokek.
Sehari sebelumnya memang ada tokek yang menyelinap masuk ke kamar. Tubuhnya lumayan
besar dengan warna keabu-abuan yang sedikit pucat dengan garis-garis berwarna
orange. Garis-garis bergerigi kecil itu teratur sampai di ujung ekornya. Kulitnya
kasap sedangkan kepalanya seperti bentuk kepala cecak, tapi lebih besar seperti
bola pingpong. Agak mirip ujung kepala ular. Matanya besar berwarna abu-abu
kehijauan dengan bintik hitam di tengahnya. Dia lebih banyak diam seperti
menunggu sesuatu. Jika pandangan lepas darinya, dia sudah bergeser beberapa
senti dari tempatnya semula.
Ketika saya mengetik di waktu
malam, seringkali dia tiba-tiba sudah bercokol di tembok sebelah jam dinding berwarna
merah bergambar Mickey Mouse. Kadang dia kaget melihat saya yang seketika menatapnya.
Jika sudah begitu, sontak dia buru-buru melangkah menuju belakang lemari besi
yang tidak jauh di sudut kamar. Saya pikir saya saja yang takut, ternyata dia
juga takut.
Memang di rumah tokek itu sering
kami lihat ketika malam. Tiba-tiba dia biasanya sudah nongol di atas dinding
dapur. Ketika ingin buang hajat, hampir di waktu malam-malam tertentu kami
bakal melihatnya. Ketika pagi tiba, dia sudah kembali ke tempat seringkali ia
bersembunyi. Di belakang lemari kayu di kamar sebelah, mungkin.
Tapi, mana bisa itu tokek. Baru
kali ini saya mengalami kejadian seperti ini. Tidak pernah dia berjalan di atas
plafon. Itu sesuatu yang aneh. Tokek selalu berjalan secara horizontal.
Tubuhnya seringkali merayap melawan hukum gravitasi. Jarang dia melata seperti
kadal, atau biawak.
Apalagi, selama ini saya tidak
pernah mendengar bunyi langkah binatang di atas plafon kamar. Jika memang itu
tokek, mendengar langkah kaki yang berlari semacam itu sepertinya tidak mungkin.
Jarang saya melihat tokek berlarian.
Kalau diingat-ingat, binatang
melata yang pernah saya saksikan berlari itupun salah satunya adalah komodo.
Ya, komodo binatang yang dikategorikan langka itu. Di NTT, pulau komodo
tepatnya, binatang ini bebas berkeliaran di alam terbuka. Bahkan mereka hidup
berdampingan dengan warga setempat. Nah, melalui tayangan Discovery Channel, saya pernah melihat komodo berlari untuk berebut
makanan. Tubuhnya gemuk. Tapi, gesit.
Tokek binatang yang bergerak lamban.
Kaki-kakinya tidak seperti cecak. Apalagi komodo. Membayangkan tokek berlarian
macam itu, kecil kemungkinan.
Lalu,
bunyi apakah di atas sana…
Tikus, mungkin itu tikus! Tapi
suara berlari tikus terlalu cepat jika dibandingkan dengan suara kaki yang
berlari semacam itu. Saya sering mendengar suara tikus berlari. Kecepatannya
tidak seperti bunyi kaki yang barusan saya dengarkan. Ini agak sedikit lambat,
tapi tidak bisa juga dikatakan cepat. Lagian berkali-kali jika tikus rumah yang
berlari, saya sering mendengar suara decitnya pula.
Tapi, kenyataannya memang di rumah
tidak ada tikus seekor pun!
Kalau
bukan bunyi langkah tikus, lantas…
Apakah cecak? Ah, mustahil. Cecak
binatang yang tidak memiliki berat badan seperti dalam pikiran saya. Bunyi kaki
ini seperti binatang yang lebih berat dari cecak yang tambun sekalipun. Toh,
jika cecak berlari, biasanya dia juga mengeluarkan suara decak seperti tikus.
Lagian cecak lebih sering saya
lihat merayap di dinding-dinding rumah. Juga lebih banyak ketika dia
bergelantung secara terbalik di atas plafon-plafon rumah.
Jadi, kalau bukan itu semua,
gerangan apakah yang berbunyi di atas kepala saya?
Agak lama saya menebak-nebak bunyi
langkah kaki di atas plafon kamar. Menimbang-nimbang, berpikir-pikir!
Bunyi-bunyian itu akhirnya membuat
saya agak kesulitan tidur. Dalam gelap, saya masih menebak-nebak. Tokekkah itu?
Apakah tikus? Mungkinkah cecak gemuk?
Bunyi itu sudah lama pergi. Dalam
kamar gelap saya masih membuka mata.
Persoalan bunyi ini membuat saya
agak penasaran.
Nampaknya bunyi ini seolah-olah
membuat pikiran saya agak runyam. Seolah-olah bunyi-bunyian ini harus segera
saya pecahkan.
Tiba-tiba tidak lama, saya jatuh
tertidur…
Subuhnya saya terbangun seketika
akibat suara alarm handphone. Sontak
telinga saya menangkap bunyi dari jauh. Itu bunyi toa masjid. Pak Imam sedang
memimpin shalat shubuh. Sepertinya sudah rakaat terakhir.
Lantas tidak lama setelah itu saya
menujur kamar mandi. Dalam remang-remang, tokek yang biasa saya lihat di
dinding dapur tidak kelihatan. Dia mungkin di belakang lemari kamar sebelah,
pikir saya.
Walaupun begitu, bunyi-bunyian di
atas plafon semalam masih menyimpan tanya di benak saya. Bunyi-bunyi itu
berbeda dengan suara motor tetangga, bunyi air mengalir, bunyi api
penggorengan, suara pesawat terbang, suara kokok ayam, suara kipas angin, anak-anak
yang berlari, desahan angin, suara pembawa acara berita di televisi, bunyi
detak jam di atas dinding, bahkan bunyi suara istri saya, atau bunyi notifikasi
gadget yang seringkali membuat saya
terburu-buru mengangkatnya. Semua bunyi-bunyian itu bisa saya kenali seketika
lantaran terbiasa mendengarnya. Sehari-hari, malah.
Bahkan, semua bunyi yang hinggap di
telinga saya, datang begitu saja tanpa menyisakan penasaran macam begini.
Sekarang, saya tahu bunyi di atas
kepala saya semalam itu memang bunyi langkah binatang? Bunyi langkah yang
ganjil. Tapi…
Puki
mak! Kenapa tiba-tiba saya mau mempersoalkan bunyi-bunyian segala! Bukankah
semua bunyi-bunyian selama ini tidak pernah saya pertanyakan!? Seberapa
pentingkah bunyi-bunyian harus dihayati!?
Keparat!
Tunggu sebentar! Hey, bunyi apa
itu!? Dapatkah Anda mendengarnya, barusan?
---
*Terbit sebelumnya di kalaliterasi.com