madah empatpuluhdua

Dua hal yang tak disenangi Marx: alienasi dan nilai lebih. Di jaman industrialisasi tumbuh subur, bondongbondong masyarakat Eropa beralih kerja. Lahanlahan ditinggalkan, dan akhirnya pabrikpabrik penuh buruh. Di sanalah alienasi terjadi dan nilai lebih dicuri. Alienasi menghasilkan keterasingan, sementara nilai lebih berarti penghisapan.

Sebab itulah Marx menghardik sistem kerja di pabrikpabrik.  Di sana banyak buruh terasing dari kemanusiaannya. Alienasi tidak saja merenggut kebebasan buruh, tapi kehidupan sosialnya. Juga dari cara kerja yang disebutnya tak adil.  Buruh diberlakukan semenamena dengan mencuri waktu yang dimilikinya.

Apa yang dibenci Marx sebenarnya adalah konsekuensi kemajuan rasionalitas yang ditemukan dari kesadaran manusia. Semenjak terang kesadaran tak dikuasai dogma gereja, kesadaran manusia menemukan sejarah baru; industrialisasi. Melalui rasionalitaslah industri bisa besar dan massif menyebar. Tapi dari penyebaran yang massif itu juga berarti semakin luasnya penghisapan dan alienasi.

R. Dahrendorf dalam essay in the theory od society, melihat di zaman industri yang disebut kapitalisme itu punya ciri khas selain penguasaan atas milik pribadi, yakni penerapan yang ia sebut "rasionalitas pasar." Di saat itu, apa yang disebut "pasar" adalah tempat yang penting di mana pertukaran diberlangsungkan. Dalam konteks inilah tujuantujuan diorganisasikan melalui cara efektif dan efisien.

Tapi zaman juga sudah banyak berubah, kapitalisme juga sudah banyak berganti rupa. Termasuk kekuasaan yang menjadi sumbet legitimasinya. Kapitalisme tak mungkin menyandarkan kekuasaannya seperti yang disebut Weber sebagai sumber kharisma. Sebab tak ada yang sakral yang bisa juga disebut kesucian sebagai sumber kekuasaan. Di bawah kapitalisme kepatuhan tak didapatkan melalui otoritas tradisi sebagaimana kekuasaan di zaman sebelumnya bekerja, melainkan apa yang disebut kontrak. Denganyalah sebenarnya kesepakatan dibangun, tanpa harus melibatkan kepasrahan.

Keterlibatan yang terpaksa inilah menjadikan buruh lebih nampak sebagai mahluk yang tak berdaya apaapa dihadapan kapitalisme. Mereka terpaksa harus menjual tenaganya melalui legitimasi kontrak kerja. Dan malangnya, tenaga yang mereka miliki dan dikeluarkan saat bekerja tak sebanding dengan upah yang mereka terima. Inilah keadaan yang dicela itu: penghisapan.

Gramsci tokoh komunisme Italia, juga melihat hal yang sama. Penghisapan memang kejam. Tapi, menurutnya penghisapan yang dialami kaum proletar lebih halus ketimbang kontrak kerja yang memperantarai keterlibatan kaum buruh. Ada yang lebih membahayakan di mana mekanisme kekuasaan atas tenaga buruh sebenaranya adalah sesuatu yang sebenarnya disepakati. Artinya, kesepakatan yang sebelumnya melalui kontrak hanya bisa diberlangsungkan melalui aturanaturan rasional. Hegemoni begitu ia menyebut istilahnya adalah keadaan penghisapan oleh kaum borjuis, yang terjadi secara kultural.

Di sini, barangkali Gramsci tak saja bicara pada konteks kaum buruh yang terperdaya oleh sistem industri kapitalisme, melainkan juga kepada masyarakat pekerja yang massif ditemui hampir seluruh Eropa. Maksudnya, Gramsci melihat penghisapan yang dialami oleh masyarakat pekerja tidak  hanya pada dimensi ekonomi, tapi juga pasa dimensi kultural.

Pada saat itu, keadaan akan seolaholah menjadi situasi yang natural. Alienasi dan penghisapan menjadi hal yang nampaknya wajar. Apalagi dalam era kapitalisme lanjutan, kaum pekerja banyak diberikan pesangon untuk menetralisir kontradiksi yang dialaminya. Karena itulah perlawanan yang diharapkan Marx sulit untuk dimungkinkan. Kaum buruh sudah terlanjur netral dalam melihat keadaan yang dialaminya. 

Tapi sebenarnya, tidak semua kaum buruh mau tunduk dengan keadaan. Sebab masih banyak kita lihat serikatserikat yang dibentuk untuk merumuskan agenda perjuangan kelas yang disponsori Marx. Organisasiorganisasi perjuangan yang masih bergerak menghimpun kekuatan. Mereka berpolitik dan berjuang untuk keluar dari keadaan yang alienatif dan terbelakang. Sebab mereka juga tahu, tenaga mereka bukan modal yang semenamena dapat digunakan sebagaimana mesin yang terus dapat digunakan.

Syahdan, Alienasi dan nilai lebih memang tak disenangi Marx karena itu adalah cela yang membuat manusia menjadi tak manusiawi. Apalagi sebenarnya yang terjadi pada sistem kerja yang ada dipabrikpabrik adalah pencurian secara terangterangan namun diam.