Dua hal yang tak disenangi Marx:
alienasi dan nilai lebih. Di jaman industrialisasi tumbuh subur, bondongbondong
masyarakat Eropa beralih kerja. Lahanlahan ditinggalkan, dan akhirnya
pabrikpabrik penuh buruh. Di sanalah alienasi terjadi dan nilai lebih dicuri.
Alienasi menghasilkan keterasingan, sementara nilai lebih berarti penghisapan.
Sebab itulah Marx menghardik sistem
kerja di pabrikpabrik. Di sana banyak buruh terasing dari kemanusiaannya.
Alienasi tidak saja merenggut kebebasan buruh, tapi kehidupan sosialnya. Juga
dari cara kerja yang disebutnya tak adil. Buruh diberlakukan semenamena
dengan mencuri waktu yang dimilikinya.
Apa yang dibenci Marx sebenarnya
adalah konsekuensi kemajuan rasionalitas yang ditemukan dari kesadaran manusia.
Semenjak terang kesadaran tak dikuasai dogma gereja, kesadaran manusia
menemukan sejarah baru; industrialisasi. Melalui rasionalitaslah industri bisa
besar dan massif menyebar. Tapi dari penyebaran yang massif itu juga berarti
semakin luasnya penghisapan dan alienasi.
R. Dahrendorf dalam essay in the theory od society, melihat di zaman industri yang disebut kapitalisme itu punya ciri khas selain penguasaan atas milik pribadi, yakni penerapan yang ia sebut "rasionalitas pasar." Di saat itu, apa yang disebut "pasar" adalah tempat yang penting di mana pertukaran diberlangsungkan. Dalam konteks inilah tujuantujuan diorganisasikan melalui cara efektif dan efisien.
Tapi zaman juga sudah banyak
berubah, kapitalisme juga sudah banyak berganti rupa. Termasuk kekuasaan yang menjadi
sumbet legitimasinya. Kapitalisme tak mungkin menyandarkan kekuasaannya seperti
yang disebut Weber sebagai sumber kharisma. Sebab tak ada yang sakral yang bisa
juga disebut kesucian sebagai sumber kekuasaan. Di bawah kapitalisme kepatuhan
tak didapatkan melalui otoritas tradisi sebagaimana kekuasaan di zaman
sebelumnya bekerja, melainkan apa yang disebut kontrak. Denganyalah
sebenarnya kesepakatan dibangun, tanpa harus melibatkan kepasrahan.
Keterlibatan yang terpaksa inilah
menjadikan buruh lebih nampak sebagai mahluk yang tak berdaya apaapa dihadapan
kapitalisme. Mereka terpaksa harus menjual tenaganya melalui legitimasi kontrak
kerja. Dan malangnya, tenaga yang mereka miliki dan dikeluarkan saat bekerja
tak sebanding dengan upah yang mereka terima. Inilah keadaan yang dicela itu:
penghisapan.
Gramsci tokoh komunisme Italia,
juga melihat hal yang sama. Penghisapan memang kejam. Tapi, menurutnya
penghisapan yang dialami kaum proletar lebih halus ketimbang kontrak kerja yang
memperantarai keterlibatan kaum buruh. Ada yang lebih membahayakan di mana
mekanisme kekuasaan atas tenaga buruh sebenaranya adalah sesuatu yang
sebenarnya disepakati. Artinya, kesepakatan yang sebelumnya melalui kontrak
hanya bisa diberlangsungkan melalui aturanaturan rasional. Hegemoni begitu ia
menyebut istilahnya adalah keadaan penghisapan oleh kaum borjuis, yang terjadi
secara kultural.
Di sini, barangkali Gramsci tak
saja bicara pada konteks kaum buruh yang terperdaya oleh sistem industri
kapitalisme, melainkan juga kepada masyarakat pekerja yang massif ditemui
hampir seluruh Eropa. Maksudnya, Gramsci melihat penghisapan yang dialami oleh
masyarakat pekerja tidak hanya pada dimensi ekonomi, tapi juga pasa
dimensi kultural.
Pada saat itu, keadaan akan
seolaholah menjadi situasi yang natural. Alienasi dan penghisapan menjadi hal
yang nampaknya wajar. Apalagi dalam era kapitalisme lanjutan, kaum pekerja
banyak diberikan pesangon untuk menetralisir kontradiksi yang dialaminya.
Karena itulah perlawanan yang diharapkan Marx sulit untuk dimungkinkan. Kaum
buruh sudah terlanjur netral dalam melihat keadaan yang dialaminya.
Tapi sebenarnya, tidak semua kaum
buruh mau tunduk dengan keadaan. Sebab masih banyak kita lihat serikatserikat
yang dibentuk untuk merumuskan agenda perjuangan kelas yang disponsori Marx.
Organisasiorganisasi perjuangan yang masih bergerak menghimpun kekuatan. Mereka
berpolitik dan berjuang untuk keluar dari keadaan yang alienatif dan
terbelakang. Sebab mereka juga tahu, tenaga mereka bukan modal yang semenamena
dapat digunakan sebagaimana mesin yang terus dapat digunakan.